JAKARTA – India kini menghadapi salah satu tantangan iklim terbesarnya pada awal Oktober 2025: serangan ganda dari gelombang panas berkepanjangan dan pola monsun yang sangat tidak teratur. Fenomena ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga berpotensi mengguncang ketahanan pangan dan ekonomi negara di Asia Selatan ini.
Gelombang Panas Ekstrem Memecahkan Rekor
Gelombang panas tahunan terjadi lebih awal dari perkiraan dan bertahan jauh lebih lama, terutama melanda wilayah utara, tengah, dan barat laut India. Suhu harian di kota-kota besar, termasuk New Delhi dan Jaipur, secara konsisten melampaui selama berminggu-minggu di puncak musim panas.
Kondisi ini memicu krisis kesehatan publik yang masif:
- Peningkatan Morbiditas: Rumah sakit melaporkan lonjakan tajam kasus heatstroke (sengatan panas) dan penyakit terkait dehidrasi, yang memaksa pemerintah membuka pusat perawatan darurat di stadion-stadion.
- Krisis Energi: Permintaan listrik untuk pendingin ruangan mencapai rekor tertinggi, menyebabkan jaringan listrik kewalahan. Banyak negara bagian mengalami pemadaman listrik bergilir yang parah, yang ironisnya semakin memperburuk risiko kesehatan bagi warga.
Ancaman Ganda Monsun: Kekeringan dan Banjir
Pada saat yang sama, mekanisme iklim vital India, Musim Monsun Barat Daya, menunjukkan pola yang sangat tidak stabil. Monsun, yang menyediakan sekitar 80% dari total curah hujan tahunan negara itu, kini datang terlambat atau terlalu intens di wilayah yang salah:
- Ancaman Kekeringan: Negara-negara bagian pertanian utama di selatan, yang seharusnya mendapatkan curah hujan stabil pada awal musim, mengalami kekeringan yang meluas. Hal ini menunda penanaman padi (beras), gandum, dan biji-bijian lain, yang mengancam potensi panen Kharif (musim panas).
- Banjir Bandang Mendadak: Sebaliknya, beberapa wilayah timur dan timur laut diguyur hujan yang sangat singkat namun intens. Curah hujan yang terkonsentrasi ini memicu banjir bandang dan tanah longsor yang merusak infrastruktur, memusnahkan tanaman yang sudah ditanam, dan menyebabkan kerugian besar pada ternak dan properti.
Dampak Ekonomi dan Solusi Jangka Panjang
Para ekonom memperkirakan gangguan ganda ini akan menghambat target pertumbuhan PDB India dan meningkatkan inflasi pangan. Sektor pertanian, yang masih menopang lebih dari 50% populasi pedesaan, paling terpukul.
Pemerintah India telah mengumumkan paket bantuan darurat yang besar untuk membantu petani dengan subsidi benih dan pembangunan infrastruktur penyimpanan air yang lebih baik. Namun, para ilmuwan dan aktivis iklim mendesak perlunya solusi yang lebih struktural:
- Pengembangan Varietas Tahan Iklim: Investasi pada penelitian benih yang tahan terhadap kekeringan panjang dan panas ekstrem.
- Sistem Peringatan Dini: Peningkatan akurasi model prakiraan cuaca regional untuk memberikan waktu lebih banyak bagi petani dan otoritas penanggulangan bencana.
- Infrastruktur Hijau: Prioritas pembangunan infrastruktur air (seperti bendungan kecil dan saluran irigasi) yang dirancang untuk mengelola luapan air monsun sekaligus menampungnya untuk musim kemarau.
Krisis ini menjadi pengingat nyata bahwa India berada di garis depan dampak perubahan iklim global, membutuhkan respons domestik yang cepat dan komitmen internasional yang kuat.































