SHARM EL-SHEIKH, MESIR – Upaya diplomatik global untuk meredakan krisis di Gaza menghadapi batu sandungan besar setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan menolak undangan resmi untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza yang diselenggarakan di Mesir.
Penolakan Netanyahu mempertegas sikap keras Israel, sekaligus menunjukkan keraguan mendalam terhadap proses perdamaian multinasional yang bertujuan mencari solusi jangka panjang bagi konflik tersebut. Sikap ini menambah ketegangan di tengah upaya negara-negara Arab dan Barat yang berupaya menekan eskalasi.
Kekhawatiran Rusia soal Masa Depan Palestina
Penolakan Netanyahu muncul bersamaan dengan pernyataan keras dari Rusia. Juru bicara Kremlin menyatakan bahwa masalah Palestina sama sekali belum terselesaikan, meskipun sempat tercapai kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Pernyataan Rusia ini menggarisbawahi kegagalan diplomasi terdahulu untuk menangani akar konflik, yakni status wilayah dan pengakuan kedaulatan. Moskow menyiratkan bahwa tanpa penyelesaian politik yang komprehensif, gencatan senjata hanya akan menjadi jeda sementara sebelum konflik meletus kembali.
Kombinasi antara absennya pemimpin kunci Israel dan skeptisisme dari kekuatan global seperti Rusia menempatkan KTT Perdamaian Gaza ini dalam posisi yang sangat sulit untuk menghasilkan terobosan diplomatik yang berarti. Para peserta KTT kini dituntut mencari jalan tengah untuk mencegah krisis kemanusiaan dan politik agar tidak semakin memburuk.