YERUSALEM, 21 OKTOBER 2025 – Utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah menyampaikan pesan yang tajam dan tegas kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendesaknya untuk segera dan sepenuhnya mematuhi perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza. Desakan ini muncul menyusul eskalasi serangan Israel yang dituduh melanggar kesepakatan rapuh yang dimediasi oleh AS.
Kunjungan dan peringatan dari utusan AS, termasuk Jared Kushner dan Steve Witkoff, terjadi setelah serangkaian serangan mematikan pada akhir pekan yang mengancam akan meruntuhkan total gencatan senjata yang telah berlaku sejak Oktober lalu.
Pelanggaran dan Pengakuan Israel
- Eskalasi Serangan: Pemerintah Gaza melaporkan bahwa Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata lebih dari 80 kali sejak kesepakatan itu berlaku, menyebabkan sedikitnya 97 warga Palestina tewas.
- Pengakuan Netanyahu: Perdana Menteri Netanyahu bahkan secara tersirat mengakui adanya serangan, dengan membanggakan bahwa tentaranya telah menggempur Jalur Gaza dengan total 153 ton bom selama beberapa hari di tengah masa gencatan senjata.
- Kepercayaan yang Rusak: Utusan AS secara terbuka mengungkapkan bahwa serangan berulang dari pihak Israel, termasuk serangan terhadap fasilitas yang terkait dengan mediator seperti Qatar, telah merusak kepercayaan yang sangat penting dalam proses perundingan.
Tekanan AS dan Peringatan Trump
Pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump telah terlibat aktif dalam memediasi dan menjamin kesepakatan gencatan senjata.
- Pesan Tegas: Utusan AS datang ke Israel untuk membahas implementasi fase kedua gencatan senjata dan mendesak kepatuhan penuh dari Netanyahu untuk menjaga keberlangsungan kesepakatan.
- Ancaman terhadap Hamas: Presiden Trump juga secara terpisah mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas, menyatakan bahwa kelompok itu akan “dimusnahkan” jika mereka gagal menghormati kesepakatan dan kembali melakukan kekerasan.
- Gencatan Senjata Rapuh: Meskipun adanya jaminan dari Presiden Trump bahwa gencatan senjata “tetap berlaku,” serangan berulang kali dari kedua belah pihak membuat warga Gaza merasa bahwa perjanjian tersebut “rapuh dan hanya di atas kertas.”
Peringatan dari sekutu terdekatnya, AS, menggarisbawahi kegelisahan internasional terhadap potensi keruntuhan gencatan senjata dan kekhawatiran akan kembali meletusnya konflik skala penuh di Gaza.