GAZA, 6 November 2025 – Upaya mediasi internasional untuk mengamankan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza kembali menemui jalan buntu. Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Kairo yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat dilaporkan berakhir tanpa terobosan yang berarti. Kegagalan ini terjadi di tengah meningkatnya penderitaan kemanusiaan di Gaza dan meningkatnya tekanan global terhadap pihak-pihak yang berkonflik.
Penyebab Utama Kebuntuan Negosiasi
Kebuntuan dalam pembicaraan gencatan senjata utamanya disebabkan oleh perbedaan fundamental pada tuntutan kunci masing-masing pihak:
| Pihak | Tuntutan Utama (Poin Buntu) |
| Hamas | Menuntut pengakhiran perang secara total dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai prasyarat untuk pembebasan sandera. |
| Israel | Menolak mengakhiri perang secara permanen dan hanya menawarkan jeda kemanusiaan sementara. Israel menegaskan akan terus bertempur hingga mencapai “kemenangan total” dan menghancurkan Hamas. |
| Isu Sandera | Kesenjangan besar terkait jumlah dan identitas tahanan Palestina yang akan ditukar dengan sandera Israel yang masih ditahan. |
Tekanan Internasional yang Semakin Menguat
Kegagalan diplomatik ini telah memicu gelombang baru seruan dan tekanan dari komunitas internasional, khususnya terkait rencana militer Israel di daerah Rafah.
- Peringatan Bencana Kemanusiaan: Para pemimpin dunia dan lembaga kemanusiaan, termasuk PBB, secara konsisten memperingatkan bahwa serangan darat besar-besaran di Rafah—tempat sekitar 1,4 juta warga Palestina mengungsi—akan menimbulkan bencana kemanusiaan yang tak terbayangkan dan melanggar hukum humaniter internasional.
- Aksi Diplomatik: Negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman, meskipun mendukung keamanan Israel, telah meningkatkan tekanan melalui panggilan telepon langsung dan pernyataan publik, mendesak Israel untuk menunda atau menghentikan operasi di Rafah.
- Peran PBB: Meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan penghentian pertempuran atau peningkatan bantuan kemanusiaan, implementasinya terbukti sulit, dan resolusi tersebut sering dikecam oleh pihak-pihak yang bertikai.
- Dampak Reputasi Global: Sejumlah akademisi dan pengamat menilai bahwa kegagalan gencatan senjata dan krisis kemanusiaan yang berlarut-larut berisiko besar merusak reputasi global dari negara-negara pendukung utama Israel di Timur Tengah.
Konsekuensi Konflik yang Berlarut
Setelah berbulan-bulan konflik, dampaknya telah mencapai skala yang mengkhawatirkan:
- Korban Sipil Tinggi: Jumlah korban jiwa warga sipil di Gaza terus meningkat drastis, dengan mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
- Krisis Pangan dan Kesehatan: Krisis kemanusiaan, kelaparan, dan kurangnya akses ke layanan medis telah mencapai tingkat yang kritis.
- Eskalasi Regional: Ketidakstabilan di Gaza meningkatkan risiko eskalasi konflik ke wilayah yang lebih luas, menarik aktor-aktor regional lainnya.
Selama para pihak yang bertikai tetap teguh pada tuntutan ekstrem mereka, prospek perdamaian jangka pendek tampaknya semakin jauh, membuat peran mediator internasional menjadi semakin penting, namun juga semakin sulit.

































