Zaporizhzhia, Ukraina — IAEA (International Atom Energy Agency) Atau Badan Tenaga Atom Internasional kini aktif terlibat dalam upaya memulihkan sambungan listrik eksternal ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang kehilangan pasokan listrik dari jaringan luar. Karena konflik militer di sekitar fasilitas tersebut, pembangkit terbesar di Eropa ini telah bergantung penuh pada generator darurat sejak kehilangan saluran listrik utama. Latar Belakang Krisis Listrik
Sejak 23 September, PLTN Zaporizhzhia mengalami pemutusan daya luar (offsite power) secara total akibat kerusakan pada satu-satunya saluran listrik eksternal yang tersisa, yang terdampak aktivitas militer di sekitar kawasan tersebut.
Karena itu, sistem pendukung pendingin reaktor dan bahan bakar bekas (spent fuel) harus bergantung pada generator diesel darurat (emergency diesel generators / EDG).
PLTN ini berada di bawah kendali Rusia sejak pendudukan awal konflik, meskipun reaktornya telah dalam status “cold shutdown” (mati dingin).
Meski demikian, kehilangan daya eksternal merupakan situasi yang sangat berisiko karena generator darurat tidak dirancang untuk pemakaian jangka panjang.
Peran IAEA & Upaya Diplomasi
Direktur Umum IAEA, Rafael Mariano Grossi, menyatakan bahwa mereka tengah berkomunikasi dengan kedua belah pihak—Ukraina dan Rusia—agar pemulihan saluran daya eksternal bisa segera direalisasikan.
Grossi menilai bahwa situasi saat ini “tidak berkelanjutan dalam aspek keselamatan nuklir.”
IAEA juga mendorong agar perbaikan bisa dilakukan meskipun kondisi militer sulit, dan meminta jaminan keamanan untuk tim teknis agar bisa bekerja tanpa terkendala serangan atau hambatan.
Menurut laporan, PLTN Zaporizhzhia telah mengoperasikan sekitar delapan generator diesel darurat aktif, dengan generator tambahan dalam mode siaga atau dalam perawatan.
Beberapa generator telah diperbaiki dan akan diaktifkan dalam beberapa jam ke depan sebagai upaya mengurangi beban pada generator yang terus bekerja.
Tantangan & Risiko
— Keamanan proyek perbaikan: Aktivitas militer di kawasan sekitar menghambat akses tim teknis untuk melakukan reparasi saluran listrik yang rusak.
— Kapasitas generator darurat terbatas: Generator diesel dirancang untuk kondisi darurat, bukan untuk operasi berkelanjutan. Kegagalan salah satu generator bisa memicu krisis pendinginan.
— Kebutuhan bahan bakar & logistik: Untuk menjaga generator tetap menyala diperlukan suplai bahan bakar dan pemeliharaan berkala, yang sulit dilakukan di tengah konflik.
— Potensi eskalasi nuklir: Jika sistem pendingin gagal, risiko terhadap reaktor atau bahan bakar bekas meningkat, meskipun reaktornya saat ini sudah dalam mode mati dingin.
Implikasi Global & Harapan
Karena skala PLTN Zaporizhzhia adalah yang terbesar di Eropa, kelangsungan operasionalnya sangat diperhatikan dunia internasional. Kegagalan dalam pemulihan listrik bisa menjadi bencana nuklir lintas negara.
Pernyataan IAEA ini membawa tekanan diplomatik agar kedua pihak menyerahkan logistik dan keamanan bagi usaha restorasi daya. Tidak ada pihak yang diuntungkan dari kecelakaan nuklir—maka kolaborasi harus dilakukan segera.