Hong Kong, 9 Oktober 2025 — Kabar mengenai perebutan harta dan proses perceraian di kalangan elit Asia menjadi berita utama setelah kematian mendadak seorang miliarder real estat terkenal. Miliarder tersebut (identitas disamarkan demi privasi keluarga) meninggal dua minggu lalu akibat serangan jantung mendadak, meninggalkan kekayaan yang diperkirakan mencapai $5 miliar dan jaringan bisnis yang luas di seluruh Asia Tenggara dan China.
- Pemicu Perceraian: Tiga hari setelah pemakaman, istri sah mendiang miliarder tersebut mengajukan gugatan cerai secara anumerta terhadap mendiang suaminya. Tindakan yang tidak biasa ini dilakukan untuk mengamankan hak atas aset yang diperoleh selama pernikahan, terutama untuk menghindari klaim dari anak-anak di luar nikah dan mantan pasangan mendiang yang muncul ke permukaan setelah kematiannya.
- Klaim Pihak Ketiga: Gugatan cerai ini menjadi rumit setelah seorang wanita muda yang diklaim sebagai kekasih mendiang mengajukan dokumen hukum yang menuntut pengakuan atas anak mereka dan sebagian dari warisan, dengan dalih bahwa mendiang telah berjanji untuk menikahinya.
Kasus ini menarik perhatian media internasional karena menyoroti rumitnya hukum warisan dan perceraian di Asia yang terkait dengan masalah poligami (meski tidak diakui secara hukum) dan ketidakjelasan status harta gono-gini.
Para pengacara terkemuka di Hong Kong dan Singapura saat ini terlibat dalam perselisihan hukum yang dapat berlangsung bertahun-tahun, yang kemungkinan akan menghasilkan preseden baru mengenai pembagian properti dalam kasus kematian yang melibatkan sengketa perceraian yang belum tuntas.