BRUSSEL – Uni Eropa (UE) secara resmi meluncurkan inisiatif strategis yang dikenal sebagai “Militer Schengen”. Rencana ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat pergerakan pasukan militer, peralatan, dan logistik antarnegara anggota. Langkah ini dipandang sebagai upaya mendesak untuk meningkatkan pertahanan kolektif Eropa di tengah kekhawatiran yang meningkat terhadap potensi agresi dari Rusia.
Konsep Militer Schengen mengacu pada kawasan bebas visa Schengen, tetapi diaplikasikan pada pergerakan militer, termasuk harmonisasi prosedur birokrasi, infrastruktur transportasi (jembatan, jalan, rel kereta api), serta perizinan yang selama ini menghambat respons cepat.
“Kami menyadari bahwa birokrasi perbatasan yang lambat dapat menjadi titik lemah terbesar kami dalam menghadapi ancaman militer modern. Militer Schengen adalah solusi untuk mengatasi masalah ini dan memastikan pasukan dapat bergerak dengan kecepatan yang diperlukan,” ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Josep Borrell, dalam pertemuan di Brussel.
Inisiatif ini merupakan respons langsung terhadap invasi Rusia ke Ukraina, yang menunjukkan pentingnya kesiapan logistik dan mobilisasi cepat. Program ini akan membutuhkan investasi besar-besaran untuk mengadaptasi infrastruktur sipil agar kompatibel dengan kebutuhan militer berat.
Langkah ini menegaskan fokus UE untuk memperkuat pilar pertahanan internalnya, melengkapi peran yang selama ini diemban oleh Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

































