BANGKOK/PHNOM PENH – Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja, khususnya di sekitar wilayah sengketa, menunjukkan adanya meredaan ketegangan di awal bulan Oktober 2025, menyusul serangkaian bentrokan militer sengit yang terjadi pada pertengahan tahun ini.
Meskipun laporan konflik bersenjata berskala besar seperti pada bulan Juli 2025 tidak terdengar di bulan Oktober, kawasan perbatasan tetap menjadi titik sensitif menyusul bentrokan terakhir yang dilaporkan terjadi pada 18 September 2025 antara tentara kedua negara, dan juga bentrokan antara aparat Thailand dan demonstran Kamboja pada 17 September 2025.
Komitmen untuk Penyelesaian Damai
Pada tanggal 10 Oktober 2025, Kementerian Luar Negeri Thailand secara resmi menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan konflik perbatasan dengan Kamboja melalui cara-cara damai. Juru bicara Kemenlu Thailand menegaskan bahwa situasi di perbatasan memengaruhi ekonomi dan hubungan antar masyarakat kedua negara, menyoroti urgensi penyelesaian damai.
Komitmen ini muncul setelah kedua negara sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 28 Juli 2025, menyusul bentrokan bersenjata terparah yang terjadi sepanjang tahun 2025 sejak eskalasi dimulai pada Mei 2025. Bentrokan di bulan Juli tersebut melibatkan penggunaan senjata berat dan serangan udara, menyebabkan kerugian jiwa yang signifikan baik dari pihak militer maupun warga sipil.
Latar Belakang Konflik yang Belum Usai
Ketegangan yang terjadi pada tahun 2025 ini berakar pada sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama, terutama terkait kepemilikan beberapa situs kuil kuno seperti Kuil Preah Vihear dan sekitarnya, serta Kuil Ta Muen Thom.
- Kuil Preah Vihear: Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 1962 telah memutuskan kuil tersebut berada di wilayah kedaulatan Kamboja, batas-batas di sekitar kuil tetap menjadi wilayah yang dipersengketakan. Sengketa atas wilayah ini kembali memicu bentrokan serius di bulan Juli 2025.
- Bentrok Sebelumnya: Eskalasi di tahun 2025 dimulai sejak Februari, disusul pertempuran besar di bulan Mei dan Juli. Bentrokan sempat melibatkan penutupan perbatasan, penarikan duta besar, dan bahkan sanksi ekonomi seperti larangan impor dari Kamboja terhadap produk Thailand.
Meskipun situasi militer cenderung lebih tenang di bulan Oktober, status konflik perbatasan Kamboja-Thailand 2025 secara umum masih dinyatakan “berlangsung” (ongoing), karena penyelesaian garis batas wilayah secara definitif belum tercapai. Upaya diplomatik kini menjadi fokus utama untuk menjaga stabilitas dan mencari solusi permanen.